Laman

Minggu, 31 Oktober 2010

Obstruksi Benda Asing

Inhalasi benda asing dapat menyebabkan obstruksi saluran napas atas (upper respiratory tract). Berdasarkan obstruksi yang terjadi dapat dibagi 3 :
1.   Obstruksi total
   Gambaran obstruksi total adalah sama dengan tenggelam maupun oleh obstruksi oleh bekuan darah pada hemoptisis yang menunjukkan gambaran asfiksia. Dalam hal ini terjadi perubahan yang akut berupa hipoksemia yang menyebabkan terjadi kegagalan pernapasan secara cepat. Sementara kegagalan pernapasan sendiri menyebabkan kegagalan fungsi kardiovaskuler, dan menyebabkan pula terjadinya kegagalan susunan saraf pusat dimana penderita kahilangan kesadaran secara cepat diikuti dengan kelemahan motorik bahkan mungkin pula terdapat renjatan. Kegagalan fungsi ginjal mengikuti kegagalan fungsi darah  dimana terdapat hipoksemia, hiperkapnia, dan lambat laun terjadi asidosis respiratorik dan metabolik. 
2.   Fenomena Check Valve
Yang dimaksud dengan fenomena check valve yaitu udara dapat masuk, tetapi tidak dapat keluar. Keadaan ini menyebabkan terjadinya emfisema paru, bahkan dapat terjadi emfisema mediastinum atau emfisema subkutan.
3.   Udara dapat keluar masuk walaupun terjadi penyempitan saluran nafas.
Dari 3 bentuk keadaan ini, obstruksi total adalah keadaan terberat dan memerlukan tindakan yang cepat. Dalam keadaan PCO2 tinggi dengan pernafasan 30/menit adalah usaha kompensasi maksimal. Di atas keadaan ini, pasien tidak dapat mentoleransi. Bila terjadi hipoksemia, menandakan fase permulaan terjadinya kegagalan pernafasan.

Klinis
Terjadinya obstruksi saluran napas oleh benda asing terjadi 3 stadium :
1.      Stadium pertama, gejala permulaan berupa batuk-batuk hebat secara tiba-tiba, rasa tercekik, rasa tersumbat di tenggorok, bicara gagap, dan obstruksi jalan napas segera.
2.      Stadium kedua, interval asimtomatik karena refleks-refleks melemah dan gejala rangsangan akut menghilang. Berbahaya karena sering menyebabkan diagnosis aspirasi diabaikan atau terlambat.
3.      Stadium ketiga, telah terjadi gejala komplikasi dengan obstruksi, erosi, atau infeksi, sehingga timbul batuk-batuk, hemoptisis, pneumonia, dan abses paru.

Kelainan klinis yang terjadi ditentukan oleh 3 faktor :
·         Lokasi dari obstruksi yang terjadi
   Bila obstuksi terjadi sebelum karina, maka obstruksi tersebut lebih berbahaya dibandingkan bila terjadi di bagian distal dari bronkus. Hal ini disebabkan oleh karena obstruksi ini bersifat total. Selain itu, mekanisme kompensasi pada obstruksi di distal lebih baik daripada obstruksi di proksimal.
·         Tingkat dari obstruksi yang terjadi
   Makin total suatu tingkat obstruksi, maka makin berbahaya. Tetapi suatu obstruksi parsial dapat pula menimbulkan check valve phenomen, sehingga menimbulkan emfisema yang disebabkan oleh karena udara yang terperangkap.
·         Fase obstruksi yang terjadi
   Pada obstruksi yang akut , kelainan perubahan faal paru, maupun hemodinamik lebih cepat timbul tanpa sempat dikompensasi oleh mekanisme tubuh.
Benda- benda asing tersebut dapat tersangkut pada :
1.      Laring, terjadinya obstruksi pada laring dapat diketahui melalui tanda-tanda sebagai berikut, yakni secara progresif terjadi stridor, dispnea, apnea, disfagia, hemoptisis, pernafasan dengan otot-otot napas tambahan atau dapat pula terjadi sianosis.
2.      Saluran napas
-     Berdasarkan lokasi benda-benda yang tersangkut dalam saluran napas maka dapat dibagi atas :
a.  Pada trakea. Benda asing pada trakea jauh lebih berbahaya daripada di dalam  bronkus, karena dapat menimbulkan asfiksia. Benda asing di dalam trakea tidak dapat dikeluarkan, karena tersangkut di dalam rimaglotis dan akhirnya tersangkut di laring, dan menimbulkan gejala obstruksi laring. Benda asing di trakea memberikan gejala batuk tiba-tiba yang berulang-ulang dengan rasa tercekik, serak, dispnea, sianosis, rasa tersumbat di tenggorok, gejala patognomonik yaitu audible snap, palpatory thud, dan asthmatoid wheeze.
b. Pada bronkus. Biasanya tersangkut pada bronkus kanan, oleh karena diameternya lebih besar dan formasinya lebih lurus. Benda-benda asing ini kemudian dilapisi oleh sekresi bronkus sehingga menjadi besar. Pada pemeriksaan auskultasi terdengar ekspirasi memanjang dengan mengi.
-     Berdasarkan tingkat obstruksi yang terjadi pada saluran napas, maka dapat dibagi 3 bagian :
a. Dimana obstruksi yang terjadi dapat mengganggu ventilasi, maka hanya ditemukan wheezing tanpa ditemukan gangguan pada parenkim paru.
b.  Bila terjadi obstruksi parsial, maka dapat terjadi check valve phenomen atau emfisema paru.
c.  Bila terjadi obstruksi total, maka akan terjadi atelektasis.

Penatalaksanaan
Perasat Heimlich
Perasat Heimlich adalah suatu cara mengeluarkan benda asing yang menyumbat laring secara total atau benda asing ukuran besar yang terletak di hipofaring. Prinsipnya adalah memberi tekanan ke dalam dan atas rongga perut sehingga diafragma terdorong ke atas, kemudian udara dalam paru terdesak mendorong sumbatan laring ke luar. Komplikasi yang dapat terjadi adalah ruptur lambung, ruptur hati, dan fraktur iga.
Teknik Perasat Heimlich
    Penolong berdiri di belakang pasien sambil memeluk badannya. Tangan kanan dikepalkan dan dengan bantuan tangan kiri, kedua tangan diletakkan pada perut bagian atas. Rongga perut ditekan kearah dalam dan atas dengan hentakan beberapa kali. Diharapkan dengan hentakan 4-5 kali benda asing akan terlempar keluar.
   Pada bayi penekanan cukup dilakukan dengan jari telunjuk dan jari tengah kedua tangan.
    Pada pasien tidak sadar atau berbaring, penolong berlutut dengan kaki pada kedua sisi pasien. Sebelumnya posisi muka pasien dan leher harus lurus. Kepalan tangan kanan diletakkan di bawah tangan kiri di daerah epigastrium. Dengan hentakan tangan kiri ke bawah dan ke atas beberapa kali udara dalam paru akan mendorong benda asing keluar. Posisi muka pasien harus lurus, leher jangan ditekuk ke samping agar jalan napas merupakan garis lurus.
Pilihan yang utama adalah dengan menggunakan bronkoskop kaku di bawah anestesi lokal. Akan tetapi bila benda yang masuk ke trakeobronkial kecil, maka dapat digunakan bronkoskop fiberoptic. Apabila benda asing tidak dapat diangkat dengan bronkoskop, maka perlu dipertimbangkan untuk melakukan ekstraksi melalui torakotomi, terutama bila benda asing ini besar dan telah menempel akibat infeksi yang mempunyai resiko perdarahan dan penyebaran dari infeksi, yang dapat terjadi oleh karena tindakan bronkoskopi tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar