Laman

Sabtu, 30 Oktober 2010

Benjolan pada Payudara

A.    Kasus
Skenario 2
Seorang wanita, 60 tahun, datang ke puskesmas dengan keluhan ada benjolan di payudara kiri atas. Benjolan dengan diameter 3 cm, tidak nyeri, berbatas jelas, dan dapat digerakkan.
A.    Kasus
Skenario 2
Seorang wanita, 60 tahun, datang ke puskesmas dengan keluhan ada benjolan di payudara kiri atas. Benjolan dengan diameter 3 cm, tidak nyeri, berbatas jelas, dan dapat digerakkan.

B.     Kata Kunci
1.      Wanita, 60 tahun
2.      Benjolan di payudara kiri atas
3.      Diameter 3 cm
4.      Tidak nyeri
5.      Berbatas jelas
6.      Dapat digerakkan

C.    Pertanyaan
1.      Jelaskan anatomi histology dan fisiologi mamma !
2.      Jelaskan mekanisme perubahan sel normal menjadi sel kanker !
3.      Jelaskan diagnosis banding kasus !

D.    Jawaban
1.      Anatomi histology dan fisiologi mamma.
Setiap payudara terdiri dari 15 sampai 20 lobus dari jaringan kelenjar. Jumlah lobus tidak berhubungan dengan ukuran payudara. Setiap lobus terbuat dari ribuan kelenjar kecil yang disebut alveoli atau acini. kelenjar ini bersama-sama membentuk sejumlah gumpalan, mirip buah anggur yang merambat. Alveoli (alveolus dan acinus singular) menghasilkan susu dan substansi lainnya selama masa menyusui. Setiap bola memberikan makanan ke dalam pembuluh tunggal lactiferous  yang mengalirkannya keluar melalui puting susu. Sebagai hasilnya, terdapat 15-20 saluran puting susu, mengakibatkan banyak  lubang pada puting susu.  Di belakang puting susu pembuluh lactiferous agak membesar sampai membentuk penyimpanan kecil yang disebut lubang-lubang lactiferous (lactiferous  sinuses). Setiap lubang berdiameter 2-4 mm (0,08-0,16 inci). Lemak dan jaringan penghubung mengelilingi bola-bola  jaringan kelenjar. Sejumlah jaringan lemak bergantung pada banyaknya faktor termasuk usia, persentase lemak tubuh, dan keturunan. Sendi tulang Cooper menghubungkan dinding dada pada kulit payudara, memberikan bentuk pada payudara dan keelastisannya.
Puting susu dan areola terletak di bagian tengah setiap payudara. Biasanya mempunyai warna dan tekstur yang berbeda dari kulit di sekelilingnya. Warnanya bermacam-macam dari yang merah muda pucat, sampai hitam dan gelap selama masa kehamilan dan menyusui. Teksturnya dapat bermacam-macam antara sangat halus sampai berkerut dan bergelombang. Puting susu biasanya menonjol keluar dari permukaan payudara. Areola semacam daerah pigmen yang mengelilingi puting susu. Ukurannya bermacam-macam tergantung dari setiap wanita. Dan beberapa ukuran yang bermacam-macam itu normal dari tiap payudara pada wanita yang sama. Puting susu dan areola disusun oleh urat otot yang lembut dan merupakan sebuah jaringan yang tebal berupa urat saraf berada di ujungnya. Puting susu menjadi tegak sebagai hasil dari kontraksi otot bukan karena adanya penyerapan darah. Puting susu yang menjadi tegak bukan disebabkan oleh puting susu itu sendiri merupakan indikasi gairah seksual. Puting susu dapat pula menjadi tegak bukan sebagai hasil dari beberapa bentuk perangsangan seksual yang alami dan puting susu seorang wanita mungkin tidak menjadi tegak ketika ia terangsang secara seksual. Pada daerah areola terdapat beberapa minyak yang dihasilkan oleh kelenjar Montgomery. Kelenjar ini dapat berbentuk gelombang-gelombang naik dan sensitif terhadap siklus menstruasi seorang wanita. Kelenjar ini bekerja untuk melindungi dan meminyaki puting susu selama menyusui. Beberapa puting susu menonjol ke dalam atau rata dengan permukaan payudara. Keadaaan tersebut kemudian ditunjukkan sebagai puting susu terbalik dan tidak satu pun dari keadaan tersebut yang memperlihatkan kemampuan seorang wanita untuk menyusui, yang berdampak negatif.

2.      Mekanisme perubahan sel normal menjadi sel kanker.
Sel tumor adalah sel normal dari tubuh kita sendiri yang mengalami perubahan (transformasi) sehingga bentuk, sifat, dan kinetiknya berubah, sehingga tumbuhnya menjadi autonom, liar, tidak terkendali dan terlepas dari koordinasi pertumbuhan normal. Akibatnya timbul tumor yang terpisah dari jaringan tubuh normal.
Transformasi sel itu terjadi karena mutasi gen yang mengatur pertumbuhan dan diferensiasi sel, yaitu proto-onkogen dan atau  supressor gen (anti onkogen).  Kemungkinan terjadinya mutasi itu ditentukan oleh kesetiaan dan ketekunan gen itu mengadakan replikasi dan reparasi. Aktivasi protoonkogen manjadi onkogen karena ada mutasi gen atau ada insersi gen retrovirus. Inaktivasi gen supressor terjadi karena ada mutasi gen atau ada protein yang dapat mengikat produksi gen supresor itu.
Pada umumnya transformasi itu terjadi karena ada mutasi gen atau chromosom. Mutasi itu dapat dibedakan menjadi 3 kategori, yaitu:
a.       Translokasi
Pada translokasi gen atau chromosom umumnya berupa translokasi resiprokal, yaitu pertukaran timbale balik letak gen atau chromosom pada lengan chromosom satu dengan lainnya, tanpa ada kehilangan gen. Sebagian dari lengan chromosom itu pindah letaknya ke chromosom lain. Translokasi ini menimbulkan perubahan ekspresi gen.
b.      Kehilangan, tambahan atau inaktivasi gen
Kehilangan (deletion), tambahan (addition) atau inaktivasi gen akan mengakibatkan gangguan pertumbuhan sel yang tidak terkendali dan diferensiasi sel yang jelek.
c.       Amplifikasi gen
Pada amplifikasi gen terdapat kenaikan jumlah DNA pada chromosom pada region tertentu. Amplifikasi gen dapat ditunjukkan dengan adanya :
1)      Pewarnaan regio yang homogen (HSR)
2)      Band yang abnormal (ABR)
3)      Pewarnaan ganda (DM)
Spektrum neoplasma sangat luas. Secara sederhana dikenal sel neoplasma jinak  yang kerusakan gennya ringan serta terbatas sehingga sel-sel neoplasma jinak masih mirip dengan sel normal asalnya dan sel-sel neoplasma ganas atau kanker yang kerusakannya berat serta luas sehingga sel-selnya menyimpang jauh dari sel normal asalnya (anaplastik). 
Selain karena mutasi gen, transformasi sel normal dapat juga terjadi karena induksi karsinogen. Fase induksi dibagi menjadi fase: inisiasi, promosi, konversi, progresi, sehingga timbul sel kanker.

3.      Diagnosis banding pada kasus, yaitu :
a.       Fibroadenoma mamma
b.      Karsinoma mamma
c.       Adenosis Sklerosis
d.      Papiloma intraduktal
e.       Tumor Phyllodes
f.       Nekrosis lemak

Tidak ada komentar:

Posting Komentar