A. Kasus
Skenario
Seorang perempuan umur 65 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri pada pangkal paha kanan sehingga mengganggu bila berjalan. Keadaan ini dialami dejak 5 hari yang lalu pada saat penderita berjalan tertatih-tatih lalu jatuh terduduk di dalam kamar mandi. Sejak 7 tahun terakhir ini penderita mengkonsumsi obat-obat kencing manis, tekanan darah tinggi,jantung dan rematik. Juga pernah serangan stroke 3 tahun lalu.A. Kasus
Skenario
Seorang perempuan umur 65 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri pada pangkal paha kanan sehingga mengganggu bila berjalan. Keadaan ini dialami dejak 5 hari yang lalu pada saat penderita berjalan tertatih-tatih lalu jatuh terduduk di dalam kamar mandi. Sejak 7 tahun terakhir ini penderita mengkonsumsi obat-obat kencing manis, tekanan darah tinggi,jantung dan rematik. Juga pernah serangan stroke 3 tahun lalu.
B. Medical Record
1. Identitas
a. Nama : X
b. Jenis Kelamin : Perempuan
c. Umur : 65 tahun
2. Keluhan Utama
Nyeri pangkal paha kanan 5 hari yg lalu setelah jatuh terduduk sehingga menggangu bila berjalan.
3. Riwayat Pengobatan
Sejak 7 tahun terakhir ini penderita mengkonsumsi obat-obat kencing manis, tekanan darah tinggi,jantung dan rematik.
4. Riwayat Penyakit
Penderita pernah mengalami serangan stroke 3 tahun lalu.
C. Pertanyaan
- Jelaskan pengertian jatuh !
- Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi jatuh pada lansia ?
- Bagaimana hubungan riwayat penyakit dengan terjadinya jatuh ?
- Jelaskan pengaruh obat-obat terhadap kondisi pasien ?
- Sebutkan anamnesis tambahan yang diperlukan ?
- Sebutkan pemeriksaan fisis yang diperlukan terhadap pasien ?
- Pemeriksaan apa saja yang dibutuhkan ?
- Bagaimana penanganan yang dilakukan terhadap pasien ?
D. Jawaban
- Jatuh adalah suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata yang melihat kejadian mengakibatkan seseorang mendadak terbaring/terduduk di lantai/tempat yang lebih rendah dengan atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka.
- Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi jatuh pada lansia, yaitu : faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik.
a. Faktor intrinsik
Yang termasuk dalam faktor intrinsik, yaitu : kondisi fisik dan neuropsikiatri (adanya penyakit SSP seperti stroke, parkinson) penurunan visus dan pendengaran (fungsi keseimbangan), perubahan neuromuskular (berkurangnya massa otot, kekauan jaringan penghubung, penurunan range of motion sendi), gaya berjalan, dan refleks postural karena proses penuaan.
Penuaan dapat berpengaruh pada kondisi fisik dan neuropsikiatrik manusia karena terdapat perubahan-perubahan fungsi anatomi/fisiologik yang semakin menurun, yang bisa menimbulkan berbagai penyakit atau keadaan patologik hal ini juga pengaruh psiko-sosial pada fungsi organ. Gabungan dari beberapa perubahan-perubahan secara tidak langsung dapat menyebabkan jatuh pada lansia yang dikarenakan kemampuan struktur dan fungsi tubuh yang makin menurun.
Menurut skenario penurunan visus kemungkinan besar terjadi karena pasien menderita katarak diabetik. katarak diabetik ini merupakan manifestasi tingkat lanjut dari penyakit Diabetes Mellitus yang diderita oleh pasien usia lanjut. katarak diabetik ini memberikan keluhan penurunan visus berupa penurunan tajam penglihatan secara progresif dan penglihatan tampak seperti berasap. gejala inilah yang sering dikeluhkan oleh penderita yang menderita katarak diabetik. penurunan visus ini merupakan salah satu penyebab jatuhnya penderita. penyebab penurunan visus yanng lain adalah retinopati baik yang diakibatkan oleh penyakit Diabetes mellitus maupun yang disebabkan oleh Hipertensi. akan tatapi diskenario disebutkan bahwa pasien sudah sejak lama dianjurkan untuk operasi mata, tetapi pasien selalu menolak. hal ini menunjukkan bahwa pasien mengalami gangguan penglihatan dalam hal ini penurunan visus yang perlangsungannya kronik/progresif, sedangkan pada retinopati penurunan visus terjadi secara tiba-tiba jadi penyebab ini dijatuhkan.
Perubahan gaya berjalan terjadi seiring denan meningkatnya usia. Kendati perubahan tersebut tidak telalu menonjol untuk dianggap patologis, kondisi perubahan gaya berjalan tersebut dapat meningkatkan kejadian jatuh. Pada umumnya orang usia lanjut tidak dapat mengangkat atau menarik kakinya cukup tinggi sehingga cenderung mudah terantuk (trip). Orang usia lanjut laki-laki cenderung memiliki gaya berjalan dengan kedua kaki melebar dan langkah pendek-pendek ( wide-based, short stepped gaits), sedangkan perempuan usia lanjut sering kali berjalan dengan kedua kaki yang menyempit ( narrow based ) dan gaya bergoyang-goyang ( waddling gait). Orang usia lanjut cenderung untuk berjalan lebih lambat dan meningkatkan kecepatan berjalan dengan cara meningkatkan jumlah langkah per unit waktu dibandingkan jarak satu siklus berjalan ,sertaterdapat peningkatan ayunan postural. Pada usia lanjut yang sehat, kecepatan berjalan menurun 1-2% tiap tahunnya dan berkaitan dengan berkurangnya panjang langkah dan jarak satu siklus berjalan. Gerak ekstensi sendi pergelangan kaki dan rotasi pelvis menurun, serta periode double support meningkat untuk membuat gaya berjalan lebih stabil. Bertambahnya waktu untuk menyelesaikan satu siklus berjalan berkaitan dengan peningkatan sebesar 5 kali resiko untuk jatuh.
Stategi postural yang sering digunakan pada usia lanjut adalah strategi panggul, oleh karena penggunaan strategi pergelangan kaki membutuhkan informasi somatosensorik yang adekuat semetara pada usia lanjut mungkin terdapat kelemahan sendi atau sulit melakukan rotasi pada pergelangan kaki, hilangnya sensasi somatosensorik perifer, dan kelemahan otot distal. Walaupun demikian, penggunaan strategi panggul membutuhkan informasi verstibuler yang adekuat dan gerakan pada panggul akan meningkatkan gaya horisontal antara pijakan dan telapak kaki sehingga risiko untuk terpeleset dan jatuh menjadi lebih besar. Jika respon ayunan postural tidak dapat mempertahankan keseimnbangan saat ada gangguan dan diperlukam strategi melangkah, usia lanjut cenderung melakukan beberapa langkah untuk mengembalikan keseimbangan
Sinkop, drop attacks, dan dizziness merupakan penyebab jatuh pada orang usia lanjut yang sering disebut-sebut. Beberapa penyebab sinkop pada orang usia lanjut yang perlu dikenali antara lain respons vasovagal, gangguan kardiovaskular (bradi dan takiaritmia, stenosis aorta), gangguan neurologis akut (TIA, strok, atau kejang), emboli paru, dan gangguan metabolik.
Drop attacks merupakan kelemahan tungkai bawah mendadak yang menyebabkan jatuh tanpa kehilangan kasadaran. Kondisi tersebut seringkali dikaitkan dengan insufisiensi vertebrobasiler yang dipicu oleh perubahan posisi kepala.
Dizziness atau rasa tidak stabil merupakan keluhan yang sering diutarakan oleh orang usia lanjut yang mengalami jatuh. Pasien yang mengeluh rasa ringan di kepala harus dievaluasi secermat mungkin akan adanya hipotensi postural atau deplesi volume intravaskular. Di sisi lain, vertigo merupakan gejala yang lebih spesifik walaupun merupakan pemicu jatuh yang lebih jarang. Kondisi ini dikaitkan dengan kelainan pada telinga bagian dalam seperti labirinitis, penyakit Meniere, dan BPPV. Isemia dan infark vertebrobasiler, serta infark serebelum juga dapat menyebabkan vertigo.
Kebanyakan pasien usia lanjut dengan gejala dizziness dan unsteadiness meraa cemas, depresi, sangat takut jatuh, sehingga evaluasi gejala mereka menjadi sulit. Beberapa pasien, terutama pada mereka dengan gejala ke arajh vertigo, memerlukan pemeriksaan otologi, termasuk uji auditori, yang dapat membedakan lebih jelas antara gejala akibat gangguan telinga dalam atau adanya keterlibatan sistem saraf pusat.
Sekitar 10-20% orang usia lanjut mengalami hipotensi ortostatik yang sebagian besar tidak bergejala. Namun demikian, beberapa kondisi dapat menyebabkan hipotensi ortostatik yang berat sehingga memicu timbulnya jatuh. Kondisi-kondisi tersebut antara lain curah jantung rendah akibat gagal jantung atau hipovolemia, disfungsi otonom (sebagai akibat diabetes mellitus), gangguan aliran balik vena (insufisiensi vena), tirah baring lama dengan deconditioning otot dan refleks, serta beberapa obat. Hubungan hipotensi ortostatik dengan hipertensi perlu dipahami sehingga tatalaksana hipertensi yang baik amat diperlukan untuk mencegah timbulnya hipotensi ortostatik tersebut.
Berbagai penyakit, terutama penyakit kardiovaskkular dan neurologis, dapat berkaitan dengan jatuh. Sinkop dapat merupakan gejala stenosis aorta dan merupakan indikasi perlunya evaluasi pasien akan adanya stenosis aorta yang memerlukan penggantian katup. Beberapa pasien memiliki baroreseptor karotis yang sensitif dan rentan mengalami sinkop karena refleks tonus vagal yang meningkat akibat batuk, mengedan, atau berkemih sehingga terjadi bradikardia atau hipotensi.
Stroke akut dapat menyebabkan jatuh atau memberikan gejala jauth. TIA sirkulasi anterior dapat menyebabkan kelemahan unilateral dan memicu jatuh. TIA sirkulasi posterior (vertebrobasiler) mungkin juga dapt mengakibatkan vertigo, namun perlu disertai dengan satu atau lebih lapangan pandang. Insufisiensi vertebrobasiler seringkali disebut sebagsi penyebab drop attacks ; kompresi mekanik arteri vertebralis olehosteofit spina vertebra servikal manakala kepala diputar disebutkan pula sebagai penyebab ketidak stabilan dan jatuh.
Penyakit lain pada otak dan sistem saraf pusat dapat pula menyebabkan jatuh. Penyakit Parkinson dan Hidrosefalus tekanan normal menyebabkan instabilitas dan jatuh. Gangguan serebelum, tumor intrakranial, dan hematoma subdural juga menyebabkan ketidakstabilan (unsteadiness) dengan kecenderungan mudah jatuh.
b. Faktor Ekstrinsik
Yang termasuk dalam faktor ekstrinsik, yaitu : obat-obatan yang diminum (diuretik, jantung, anti depresan, sedatif, hipoglikemia, anti psikotik), alat-alat bantu berjalan, lingkungan yang tidak mendukung, dan konsumsi alkohol.
Berbagai faktor lingkungan tersebut antara lain lampu ruangan yang kurang terang, lantai yang licin, basah, atau tidak rata, furnitur yang terlalu rendah atau tinggi, tangga yang tak aman, kamar mandi dengan bak mandi / closer terlalu rendah atau tinggi dan tak memiliki alat bantu untuk berpegangan, tali atau kabel yang berserakan di lantai, karpet yang terlipat, dan benda-benda di lantai yang membuat seseorang terantuk.
Obat-obatan juga dapat menjadi penyebab jatuh pada orang usia lanjut. Misalnya obat diuretika yang dikonsumsi menyebabkan seseorang berulang kali ke kamar kecil untuk buang air kecil atau efek mengantuk dari obat sedatif sehingga seseorang menjadi waspada saat berjalan.
Alat bantu berjalan yang kurang tepat untuk para lansia, memungkinkan terjadinya jatuh, oleh karena itu pemilihan alat bantu dapat disesuaikan dengan keadaan fisik lansia, dan penyakit yang diderita
- Hubungan riwayat penyakit dengan terjadinya jatuh.
a. Penderita pernah mengalami stroke, apabila bagian otak yang terkena adalah lobus kanan, maka kaki kiri pasien bisa mengalami lumpuh, sehingga kaki kanan pasien lebih sering dipakai atau untuk bertumpu.
b. Pasien mungkin menderita Osteoartritis, oleh karena itu memerlukan anamnesis dan pemeriksaan tambahan
c. Pasien menderita DM, penderita DM terkadang memiliki masalah berupa retinopati diabetik yang dapat menyebabkan visus menurun, sementara penglihatan memegang peranan penting dalam menerima rangsangan propioseptif yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan.
d. Pasien menderita penyakit jantung. Penyakit jantung yang biasa terjadi pada lanjut usia, yaitu penyakit jantung koroner, payah jantung, penyakit jantung hipertensi, aritmia, dan stenosis aorta. Penyakit jantung tersebut dapat menyebabkan penurunan curah jantung sehingga terjasi penurunan distribusi oksigen pada seluruh jaringan termasuk otak sehigga bisa menimbulkan sinkop. Hal tersebut dapat menjadi faktor resiko terjadinya jatuh.
e. Kemungkinan adanya pengaruh menopause, dimana jumlah estrogen menurun, sehingga aktifitas osteoklas meningkat dan menyebabkan peningkatan degradasi matriks tulang (osteoporosis), sehingga jika pasien jatuh, gampang terjadi fraktur dan nyeri.
- Pengaruh obat-obat terhadap kondisi pasien
a. Penggunaan obat anti hipertensi yang berlebihan dalam jangka panjang dapat menyebabkan hipotensi ortostatik (tiba-tiba jatuh dari posisi jongkok/duduk mau berdiri).
b. Obat hipoglikemi oral dapat menyebabkan hipoglikemi akut
c. Penggunaan obat anti hipertensi yang berlebihan dalam jangka panjang dapat menyebabkan hipotensi ortostatik (pasien tiba-tiba jatuh dari posisi jongkok / duduk mau berdiri), contoh : diuretik menyebabkan orang berulang kali harus ke kamar kecil untuk BAK, selain itu dapat pula menyebabkan syok hipovolemik.
d. Penggunaan obat NSAID untuk mengobati rematik meningkatkan faktor resiko osteoporosis sehingga apabila pasien jatuh, besar kemungkinan terjadi fraktur dan nyeri.
- Anamnesis tambahan
a. Aktivitas pada saat terjatuh
b. Gejala sebelumnya, misalnya rasa pusing, palpitasi, sesak napas, nyeri dada, lemah, konfusi, inkontinensia, hilangnya kesadaran, menggigit lidah
c. Lokasi terjatuh
d. Saksi saat terjatuh
e. Riwayat medis yang lalu
f. Penggunaan obat
- Pemeriksaan fisis
a. Tekanan darah dan denyut jantung, saat berbaring dan berdiri
b. Ketajaman visual, lapangan pandang, pemeriksaan low-vision
c. Kardiovaskular
d. Aritmia, murmur, bruit
e. Anggota gerak
f. Penyakit sendi degeneratif, vena varikosa, edema, gangguan kaki (pediatrik), sepatu yang tidak berukuran sesuai
g. Neurologis
h. Termasuk pemeriksaan cara berjalan dan keseimbangan, misalnya duduk atau bangkit dari tempat duduk, berjalan, membungkuk, berputar, meraih, menaiki dan menuruni tangga, berdiri dengan mata tertutup (tes Romberg),tekanan sterna
- Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan radiologis
1) Foto X-ray pelvis dan genu
2) Foto bone density
b. Pemeriksaan laboratorium
1) Darah tepi
2) Elektrolit
3) Gula darah
4) Kadar Kalsium
c. Pemeriksaan elektrokardiogram (EKG)
- Penatalaksanaan dan Pencegahan
a. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan dari kasus di atas yaitu dengan menghindari semua yang menjadi faktor resiko jatuh, seperti faktor lingkungan. Lingkungan yang tidak kondusif harus dihindari agar pasien aman. Segala aktivitas yang dilakukan pasien harus diawasi. Hal ini dilakukan agar mencegah terjadinya kemungkinan terburuk seperti kasus di atas.
Penggunaan obat sehubungan dengan riwayat penyakit pasien harus kita kontrol dengan memperhatikan waktu pemberian dan besar dosisnya.
Apabila pada pemeriksaan didapatkan fraktur, maka dilakukan terapi operatif. Setelah tindakan bedah dilakukan, apabila diperlukan rehabilitasi medis maka hal tersebut dapat dilakukan. Dapat pula diberikan kalsium dan vitamin D secara oral apabila terdapat tanda-tanda osteoporosis.
1) Operasi.
Jika pada pemeriksaan radiologis ditemukan adanya fraktur yang disebabkan karena pasien terjatuh ( terpeleset ) khususnya fraktur tulang belakang yang mengakibatkan kompresi pada saraf sehingga kedua tungkai tidak dapat digerakkan,merupakan indikasi untuk dilakukan operasi mis: fiksasi internal nerve root,spinal cord.
2) Hospitalisasi (perawatan di rumah sakit).
Hal ini bertujuan untuk memudahkan penanganan pasien khususnya dengan fraktur akut ( immobilisasi ) yang beresiko tinggi yang juga disertai dengan penyakit kronik,yang membutuhkan perawatan intensif.
3) Operasi mata ( operasi katarak).
Gangguan penglihatan pada pasien ini kemungkinan besar berupa katarak senilis. Operasi dapat dilakukan jika pasien & keluarganya menyetujui dan kondisi kesehatan pasien memungkinkan. Tindakan ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien yang selama ini terganggu akibat gangguan penglihatan ( kemungkinan salah satu penyebab pasien terjatuh ).
Indikasi operasi katarak :
· Gangguan penglihatan dengan Snellen aquity ( visus ) 20/50 atau dibawahnya.
· Ketidakmampuan salah satu mata untuk melihat.
Kontraindikasi :
· Jika penglihatan pasien dapat dikoreksi dengan penggunaan kaca mata atau alat bantu lainnya.
· Kondisi kesehatan pasien tidak memungkinkan.
4) Fisioterapi.
Setelah dilakukan tindakan operasi untuk mengatasi fraktur dibutuhkan fisioterapi ( rehabilitasi ) yang penting untuk mengembalikan fungsi alat gerak dan mengurangi disabilitas selama masa penyembuhan. Penggunaan alat bantu berjalan misalnya tongkat biasanya dibutuhkan untuk membantu permulaan berjalan kembali dan untuk mendukung aktifitas sehari-hari lainnya.
5) Perbaikan status gizi.
Penyusunan menu disesuaikan dengan kebutuhan kalori pasien setiap harinya dan kemampuan untuk mencerna makanan. Pemberian makanan diberikan secara bertahap.dimulai dengan porsi kecil tetapi sesering mungkin diberikan.
6) Kontrol penyakit dan penggunaan obat-obatan.
Hindari polifarmasi yang justru lebih banyak menimbulkan efek samping,khususnya pada pasien beresiko tinggi.
7) Pendidikan keluarga.
Jika fraktur yang diderita oleh pasien mengharuskan immobilisasi untuk beberapa lama.keluarga harus senantiasa mengawasi,merawat pasien dengan mencegah pasien terlalu banyak berbaring ( posisi diubah-ubah ) untuk mencegah dekubitus dan penyakit iatrogenik. Berikan perhatian dan kasih sayang agar pasien tidak merasa terisolasi dan depresi.
Penilaian dan Faktor Resiko | Tatalaksana |
Lingkungan saat jatuh sebelumnya | Perubahan lingkungan dan aktivitas untuk mengurangi kemungkinan jatuh berulang |
Konsumsi obat-obatan - Obat-obat beresiko tinggi (benzodiazepin, obat tidur lain, neuroleptik, antidepresi, antikonvulsi, atau antiaritmia kelas IA) - Konsumsi 4 macam obat atau lebih | Review dan kurangi konsumsi obat-obatan |
Penglihatan - Visus < 20 / 60 - Penurunan persepsi kedalaman (depth perception) - Penurunan sensitivitas terhadap kontras - Katarak | Penerangan yang tidak menyilaukan ; hindari pemakaian kacamata multifokal saat berjalan ; rujuk ke dokter spesialis mata |
Tekanan darah postural (setelah ≥ 5 menit dalam posisi berbarnig / supine, segera setelah berdiri, dan 2 menit setelah berdiri) tekanan sistolik turun ≥ 20 mmHg (atau ≥ 20%), dengan atau tanpa gejala, segera atau setelah 2 menit berdiri | Diagnosis dan tatalaksana penyebab dasar jika memungknkan ; review dan kurangi obat-obatan ; modifikasi dan restriksi garam ; hidrasi yang adekuat ; strategi kompensasi (elevasi bagian kepala tepat tidur, bangkit perlahan atau latihan dorsofleksi) ; stoking kompresi ; terapi farmakologis jika strategi di atas gagal |
Keseimbangan dan gaya berjalan - Laporan pasien atau observasi adanya ketidakstabilan - Gangguan pada penilaian singakt (uji get up and go atau performance-oriented assessment of mobility) | Diagnosis dan tatalaksana penyebab dasar jika memungknkan ; kurangi obat-obatan yang mengganggu keseimbangan ; intervensi lingkungan ; rujuk ke rehabilitasi medik untuk alat bantu dan latihan keseimbangan dan gaya berjalan |
Pemeriksaan neurologis - Gangguan proprioseptif - Gangguan kognitif - Penurunan kekuatan otot | Diagnosis dan tatalaksana penyebab dasar jika memungknkan ; tingkatkan input proprioseptif (dengan alat bantu atau alas kaki yang sesuai, berhak rendah dan bersol tipis) ; kurangi obat-obatan yang mengganggu fungsi kognitif ; kewaspadaan pendamping mengenai adanya defisit kognitif, kurangi faktor risiko lingkungan ; rujuk ke rehabilitasi medik untuk latihan gaya berjalan, keseimbangan, dan kekuatan |
Pemeriksaan muskuloskeletal : pemeriksaan tungkai (sendi dan lingkup gerak sendi) dan pemeriksaan kaki | Diagnosis dan tatalaksana penyebab dasar jika memungknkan ; rujuk ke rehabilitasi medik untuk latihan kekuatan, lingkup gerakan sendi, gaya berjalan, dan keseimbangan serta alat untuk bantu ; gunakan alas kaki yang sesuai ; rujuk ke podiatrist |
Pemeriksaan kardiovaskular - Sinkop - Aritmia (jika telah diketahui adanya penyakit kardiovaskular, terdapat EKG yang abnormal, dan sinkop) | Rujuk ke dokter spesialis jantung ; pemijatan sinus karotis (pada kasus sinkop) |
Evaluasi terhadap bahaya di rumah setelah dipulangkan dari rumah sakit | Rapikan karpet yang terlipat dan gunakan lampu malam hari, bathmats yang tidak licin, dan pegangan tangga ; intervensi lain yang diperlukan |
b. Pencegahan
1) Identifikasi faktor resiko
a) Pemeriksaan faktor intrinsik risiko jatuh, assesmen keadaan neurologi, muskuloskeletal dan penyakit sistemik yang mendasari.
b) Pemeriksaan faktor ekstrinsik, lingkungan rumah yang berbahaya harus dihilangkan, penerangan rumah harus cukup, lantai datar, tidak licin, bersih dari benda-benda kecil yang mungkin sulit dilihat. Kamar mandi dibuat tidak licin, diberi pegangan pada dindingnya
c) Obat-obatan yang menyebabkan hipotensi postural, hipoglikemik atau penurunan kewaspadaan dapat diberikan secara selektif.
d) Alat bantu berjalan baik berupa tongkat, tripod, kruk atau walker harus dibuat dari bahan yang kuat tetapi ringan, aman tidak mudah brgeser serta sesuai dengan tinggi badan lansia
2) Penilaian keseimbangan dan gaya berjalan (gait)
Penilaian postural sway sangat diperlukan untuk mencegah terjadinya jatuh pada lansia. Bila goyangan badan pada saat berjalan sangat beresiko jatuh, maka diperlukan bantuan latihan dari rehabilitasi medik. Penilaian gaya berjalan juga harus dilakukan dengan cermat :
· Apakah penderita menapakkan kakinya dengan baik, tidak mudah goyah
· Apakah penderita mengangkat kakinya dengan benar pada saat berjalan
· Apakah kekuatan otot extremitas bawah penderita cukup kuat untuk berjalan tanpa bantuan
Bila terdapat penurunan dalam kesemuanya diatas maka perlu dikoreksi.
3) Mengatur / mengatasi faktor situasional
Faktor situasional yang bersifat akut/eksaserbasi akut penyakit yang diderita lansia dapat dicegah dengan pemeriksaan kesehatan lansia secara periodik.
terimakasih banyak untuk informasinya... sangat membantu,
BalasHapushttp://tokoonlineobat.com/obat-jantung-rematik-alami/