Definisi
Malaria bukan disebabkan oleh bakteri atau virus melainkan oleh parasit darah bernama plasmodium. Plasmodium penyebab malaria terbagi empat, yaitu plasmodium falciparum, plasmodium vivax, plasmodium ovale, dan plasmodium malariae. Penyakit ini disebarkan oleh nyamuk anopheles.
Definisi
Malaria bukan disebabkan oleh bakteri atau virus melainkan oleh parasit darah bernama plasmodium. Plasmodium penyebab malaria terbagi empat, yaitu plasmodium falciparum, plasmodium vivax, plasmodium ovale, dan plasmodium malariae. Penyakit ini disebarkan oleh nyamuk anopheles.
Gejala Klinik
Gejala malaria biasanya berupa meriang, panas dingin, menggigil, dan keluar keringat dingin. Jenis malaria paling ringan adalah yang disebabkan oleh plasmodium vivax dengan gejala demam dapat terjadi sekali dua hari setelah gejala pertama terjadi. Jenis paling parah adalah yang disebabkan oleh plasmodium falciparum yang merupakan penyebab sebagian besar kematian akibat malaria. Seseorang yang terinfeksi plasmodium falciparum dapat mengalami hambatan aliran darah ke otak, menhebabkan koma, mengigau, dan berakhir pada kematian. Sedangkan nyamuk yang disebabkan oleh Plasmodium malariae memiliki masa inkubasi lebih lama dibanding jenis malaria lainnya. Gejala pertama bagi yang terinfeksi parasit ini biasanya tidak terjadi antara 18 sampai 40 hari setelah infeksi. Gejala tersebut akan terulang kembali setiap 3 hari. Jenis malaria lainnya yaitu yang disebabkan oleh plasmodium ovale jarang ditemukan tetapi gejalanya mirip dengan yang disebabkan oleh Plamodium vivax.
Parasit darah umumnya menyerang dan menghancurkan sel darah merah sehingga menyebabkan demam. Malaria juga dapat merangsang beberapa penyakit komplikasi, antara lain anemia berat (kurang darah), pembengkakan paru-paru, gagal ginjal akut, dan gangguan pembekuan darah.
Diagnosis
Diagnosis pasti infeksi malaria dilakukan dengan menemukan parasit dalam darah yang diperiksa dengan mikroskop. Peranan diagnosis laboratorium terutama untuk menunjang penanganan klinis.
Teknik diagnosis :
Mikroskop cahaya. Sediaan darah dengan pulasan Giemsa adalah merupakan dasar dari pemeriksaan dengan mikroskop cahaya. Pemeriksaan sediaan darah tebal dilakukan dengan memeriksa 100 lapangan mikroskopis dengan pembesaran 500-600 kali yang setara dengan 0,20 µL darah. Jumlah parasit dapat dihitung per lapangan mikroskopis.
Metode semi kuantitaf untuk hitung parasit (parasite count) pada sediaan darah tebal adalah sebagai berikut :
+ = 1 – 10 parasit per 100 lapangan
++ = 11 – 100 parasit per 100 lapangan
+++ = 1-10 parasit per 1 lapangan
++++ = >10 parasit per 1 lapangan
+++++ = >100 parasit per 1 lapangan, setara dengan 40.000 parasit / µL
Hitung parasit dapat juga dilakukan dengan menghitung jumlah parasit per 200 leukosit dalam sediaan darah tebal dan jumlah leukosit rata-rata 8000 / µL darah, sehingga densitas parasit dapat dihitung sebagai berikut :
Parasit / µL darah = (Jumlah parasit yang dihitung × 8000)/(jumlah leukosit yang dihitung (200))
Diagnosis mikroskopis secara rutin kadang-kadang kurang bermutu atau tidak dapat dilakukan pada sistem pelayanan kesehatan di daerah perifer. Walaupun teknolginya sederhana dan biayanya relatif murah, diagnosis mikroskopis ini tetap memerlukan infrastruktur yang memadai untuk pengadaan dan pemeliharaannya, serta untuk melatih tenaga mikroskopik dan mempertahankan mutu.
Tekhnik mikroskopis lain:
Berbagai jenis upaya telah dilakukan untuk meningkatkan sensitivitas teknik mikroskopis yang konvensional, diantaranya :
Teknik QBC (Quantitavie Buffy Coat)
Dengan pulasan jingga akridin (acridine orange) yang berfluoresensi dengan pemeriksaan mikroskop fluoresen merupakan salah satu hasil usaha ini, tetapi masih belum dapat digunakan secara luas seperti pemeriksaan sediaan darah tebal dengan pulasan Giemsa menggunakan mikroskop cahaya biasa.
Teknik Kawamoto
Merupakan modifikasi teknik pulasan jingga akridin yang memulas sediaan darah bukan dengan giemsa tetapi dengan akridin dan diperiksa dengan mikroskop cahaya yang diberi lampu halogen.
Metode lain tanpa mikroskop:
Beberapa metode untukmendeteksi parasit malaria tanpa mengguankan mikroskop telah dikembangkan denan maksud untuk mndeteksi parasit lebih baik daripada dengan mikroskop cahaya. Metode ini mendeteksi protein atau asam nukleat yang berasal dari parasit.
Teknik dip-stick
Mendeteksi secara imuno-enzimatik suatu protein kaya histidine II yang spesifik parasit (immuno enzymatic detection of the parasite spesific histidine rich protein II). Tes spesifik untuk plasmodium falciparum telah dicoba pada beberapa negara, antara lain di Indonesia. Tes ini sederhana dan cepat karena dapat dilakukand alam waktu 10 menit dan dapat dilakukan secara massal. Selain itu, tes ini dapat dilakukan oleh petugas yang tidak terampil dan memerlukan sedikti latihan. Alatnya sederhana, kecil dan tidak memerlukanaliran listrik.
Pengobatan
Pengobatan malaria tergantung kepada jenis parasit dan resistensi parasit terhadap klorokuin.
Untuk suatu serangan malaria falciparum akut dengan parasit yang resisten terhadap klorokuin, bisa diberikan kuinin atau kuinidin secara intravena. Pada malaria lainnya jarang terjadi resistensi terhadap klorokuin, karena itu biasanya diberikan klorokuin dan primakuin.
Prinsip penanganan malaria secara umum adalah bila tanpa komplikasi diberikan peroral artesunat kombinasi dengan amodiakuin (artesdiakuin) atau coartem atau duo-cotexcin, sedangkan malaria dengan komplikasi diberikan artesunat 2,4 mg/kgbb pada jam ke 0 - 12 - 24 - 72 dan seterusnya sampai pasien bisa diterapi secara oral atau digunakan artemeter 3,2 mg/kgbb dilanjutkan dengan 1,6 mg/kgbb.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar