Laman

Jumat, 29 Oktober 2010

Polycystic Ovarium (PCO)

A.    Defenisi
Pada tahun 1955 Stein dan Leventhal meminta perhatian terhadap segolongan wanita muda dengan gejala-gejala infertilitas, amenore atau oligomenore sekunder, kadang-kadang agak gemuk, seringkali (dalam kurang lebih 50%) hirsutisme tanpa maskulinisasi, dan dengan kedua ovarium membesar. Ovarium tampak pucat, membesar 2 sampai 3 kali lipat, polikistik, dan permukaan licin, kapsul ovarium menebal. Kelainan ini terkenal dengan nama sindrom Stein-Leventhal dan kiranya disebabkan oleh gangguan keseimbangan hormonal. Umumnya pada penderita terdapat gangguan ovulasi, oleh karena endometrium hanya dipengaruhi oleh estrogen, hyperplasia endometrii sering ditemukan. (Wiknjosastro, 2007 : 354)
Polycystic Ovarium (PCO), yang juga dikenal sebagai Sindroma Stein-Leventhal atau hyperandrogenisme ovarium fungsional adalah gangguan endokrin yang kompleks dengan ketiadakadaan ovulasi (anovulasi) dalam jangka waktu yang lama dan kelebihan androgen (hormone laki-laki, seperti testosterone). (Medifocus, 2008)
Ovarium Polikista adalah suatu penyakit dimana ovarium (indung telur) membesar dan mengandung banyak kantong yang berisi cairan (kista); kadar hormon pria (androgen) bisa tinggi sehingga kadang menyebabkan maskulinisasi. Pada sindroma ini kelenjar hipofisa biasanya melepaskan sejumlah besar LH (luteinizing hormone). LH yang berlebihan menyebabkan peningkatan pembentukan androgen dan kadar androgen yang tinggi ini kadang menyebabkan timbulnya jerawat dan rambut yang kasar. Jika tidak diobati, sebagian androgen bisa diubah menjadi estrogen dan kadar estrogen yang tinggi bisa meningkatkan resiko terjadinya kanker lapisan rahim (kanker endometrium). (Medicastore : 2008)
Oligomenore, hirsutisme, infertilitas, dan ada kalanya obesitas dapat terjadi pada wanita muda, biasanya setelah aklil balig, sekunder terhadap produk estrogen dan androgen yang berlebihan disebabkan oleh kista folikel ganda dalam ovarium. Keadaan ini disebut ovarium polikistik atan sindrom Stein-Levenhal. ( Robins, 1995 : 390)

B.     Etiologi
Penyebabnya belum sepenuhnya dimengerti, tetapi beberapa teori menyebutkan adanya gangguan dalam pembentukan estrogen dan dalam mekanisme umpan baik ovarium-hipotalamus. Fungsi ovarium yang normal tergantung kepada sejumlah hormon dan kegagalan pembentukan salah satu hormon tersebut bisa mempengaruhi fungsi ovarium. Ovarium tidak akan berfungsi secara normal jika tubuh wanita tidak menghasilkan hormon hipofisa dalam jumlah yang tepat.
Fungsi ovarium yang abnormal kadang menyebabkan penimbunan folikel yang terbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium. Folikel tersebut gagal mengalami pematangan dan gagal melepaskan sel telur, karena itu terbentuk kista di dalam ovarium dan menyebabkan kemandulan pada wanita. (Medicastore : 2008)
Kelainan biokimiawi utama yang dapat dikenali pada sebagian besar penderita adalah sebagai akibat produksi yang berlebihan dari hormone androgen, tingginya kadar hormone luteinisasi (LH) dan rendahnya kadar hormone pemacu folikel (FSH). Bertahun-tahun ketidaknormalan endokrin ini dihubungkan dengan disfungsi ovarium primer, karena reseksi berbentuk baji (wedge resection) yang luas dari ovarium dapat memulihkan kembali keadaan klinik dan endokrinologik yang abnormal itu serta pulihnya fertilitas pada sebagian besar penderita. Etapi, sekarang dipercayai bahwa perubahan ovarial dan hormonal mungkin disebabkan oleh ketidakseimbangan atau ketidaksinkronnya pelepasan FSH dan H dari hipofisis, yang selanjutnya berkaitan dengan gangguan pengendalian hipotalamus terhadap sekresi hiposis.
Ovarium biasanya berukuran dua kali normal, berwarna putih kelabu dengan korteks bagian luar yang licin, dan berisi kista-kista subkortikal dengan diameter 0,5-1,5 cm. Secara histologist, tunika eksterna menebal oleh jaringan ikat fibrosa, yang kadang-kadang disebut “fibrosis stroma kortikal”, dengan di bawahnya tampak kista-kista berlapis sel granulose denagn teka interna yang mengalami luteinisasi menjadi hipertrofi dan hiperplasi. Tidak tampak adanya korpus luteum yang mencolok.              ( Robins, 1995 : 390)
Ovaium polikista memiliki ukuran 2-5 kali lebih besar daripada ovarium yang normal serta memiliki lapisan luar yang putih, tebal dan sangat kuat.
Sindroma ini biasanya muncul segera setelah pubertas. Penderita seringkali memiliki ibu atau saudara perempuan yang juga menderita sindroma ovarium polikista. (Medicastore : 2008)
Pada sindrom ovarium polikistik, hirsutisme sering disertai infertilitas, amenore, obesitasdan pembesaran ovarium. Pada pasien-pasien ini, tingkat tingkat produksi testosterone jelas meningkat dan ini yang mengakibatkan manifestasi kelebihan androgen. Peningkatan produksi androgen dapat merupakan akibat sekunder dari hiperinsulinemia yang berhubungan dengan obesitas. Kadar insulin yang tinggi merangsang konsentrasi faktor pertumbuhan 1 yang mirip insulin(IGF-1) di ovarium dan menyebabkan peningkatan sekresi androgen. Kemungkinan lain, PCO dapat disebabkan oleh ketidaknormalan hipofisis hipotalamus yang mempengaruhi siklus pelepasan gonadotropin. Pasien-pasien dengan PCO sering memiliki kadar luteinizing hormone (LH) serum yang tinggi. Perubahan-perubahan dalam sekresi gonadotropin dapat membawa kepada perubahan anatomis dari ovarium dan perangangan produksi androgen oleh ovarium. (Price, 2006 : 1247-1248)

C.     Gejala
Gejala biasanya muncul pada masa pubertas, yaitu berupa: (Medicastore : 2008)
1.      Obesitas
2.      Hirsutisme (pertumbuhan rambut berlebih yang mengikuti pola pria, misalnya rambut tumbuh di dada dan wajah)
3.      Oligomenore (menstruasi abnormal, tidak teratur dan sedikit)
4.      Amenore
5.      Kemandulan
6.      Payudara mengecil (creased breast size)
7.      Jerawat
8.      Virilisasi (maskulinisasi, tanda-tanda kejantanan).

D.    Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik (pemeriksaan panggul). Pemeriksaan yang biasa dilakukan: (Medicastore : 2008)
1.      Kadar LH dan FSH (rasio LH dan FSH biasanya meningkat)
2.      USG vagina (Ovarian Cysts, 2008)
3.      Laparoskopi (Ovarian Cysts, 2008)
4.      Biopsi ovarium
5.      Kadar androgen, estrogen.
Diagnosis dibuat atas dasar gejala-gejala klinis; laparoskopi dapat membantu dalam pembuatan diagnosis. Seabagai diagnosis diferensial perlu dipikirkan tumor ovarium yang mengeluarkan androgen; tetapi tumor yang akhir ini umumnya terdapat hanya pada satu ovarium, dan menyebabkan perubahan suara dan perubahan klitoris.Perlu disingkirkan pula kemungkinan hyperplasia korteks adrenal atau tumor adrenal; pada sindrom Stein dan Leventhal tidak ada tanda-tanda defeminisasi, dan fungsi glandula suprarenalis normal. (Wiknjosastro, 2007 : 354-355)

E.     Pengobatan
Pengobatan tergantung kepada jenis dan beratnya gejala, usia penderita dan rencana kehamilan. Jika tidak terjadi hirsutisme, bisa diberikan progentin sintetis atau pil KB. Tetapi kedua obat tersebut tidak diberikan jika penderita ingin hamil, telah memasuki masa menopause atau memiliki resiko tinggi terhadap penyakit jantung dan pembuluh darah. Progestin sintetis juga diberikan untuk mengurangi resiko kanker endometrium akibat tingginya kadar estrogen.
Untuk mengurangi pertumbuhan rambut yang berlebihan bisa dilakukan pencukuran dengan elektrolisis, pencabutan, pemakaian lilin atau cairan maupun krim perontok rambut (depilatori). Pertumbuhan rambut berlebih juga bisa diatasi dengan spironolakton (obat yang menghambat pembentukan dan aksi hormon pria).
Efek samping dari spironolakton adalah peningkatan pembentukan air kemih, tekanan darah rendah, nyeri dada dan perdarahan vagina yang tidak teratur.
Spironolactone juga bisa menyebabkan gangguan pertumbuhan janin, karena itu penderita yang mendapatkan spironolakton sebaiknya menggunakan alat kontrasepsi.
Jika penderita masih ingin hamil, bisa diberikan clomifene (obat yang merangsang pelepasan sel telur oleh ovarium). Jika clomifene tidak efektif, bisa diberikan sejumlah hormon (misalnya FSH atau GnRH). Jika pemberian obat-obatan tidak efektif, penderita bisa menjalani pembedahan untuk mengangkat sebagian ovarium (reseksi baji) atau kauterisasi kista (menghancurkan kista dengan arus listrik).
Pembedahan bisa merangsang pelepasan sel telur tetapi biasanya merupakan pilihan terakhir karena bisa menyebabkan terbentuknya jaringan parut dan mengurangi kemampuan penderita untuk hamil. (Medicastore : 2008)
Dahulu banyak dilakukan wedge resection ovarium, tetapi sekarang untuk sebagian besar diganti pengobatan dengan klmifen yang bertujuan menyebabkan ovulasi. Wedge resection perlu dipertimbangkan, apabila terapi dengan klomifen tidak berhasil menyebabkan ovulasi, atau menimbulkan efek samping. (Wiknjosastro, 2007 : 355)
Sangat mungkin bahwa  pengecilan ovarium melalui reseksi berbentuk baji, dapat memperbaiki keadaan, karena tindakan itu akan mengurangi volume jaringan ovarium sehingga dapat memberikan respon terhadap pengaruh hormone hipofisis.       ( Robins, 1995 : 390)

DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer A.,dkk. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 1. Jakarta. Media Aescalapius. 2001
Polycystic Ovary Syndrom. www.medifocus.com. 2008
Price A., Wilson L. Patofisiologi Edisi 6. Jakarta. EGC. 2006
Robins, Kumar. Buku Ajar Patologi II Edisi 4. Jakarta. EGC. 1995
Sindroma Ovarium Polikista. www.medicastore.com. 2008
Sunders Company. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Jakarta. EGC. 1998
Ovarian Cysts. www.gynae.com. 2008
Winkjosastro H.,dkk. Ilmu Kebidanan Edisi Kedua. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardho. 2007

Tidak ada komentar:

Posting Komentar